Sabtu, 01 Mei 2010

Kedudukan Seorang Ibu


بسم الله الرحمن الرحييم

Dalam Tanzil-Nya yang mulia, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu dan hanya kepada-Kulah kembalimu.“ (Luqman: 14)
Di tempat lain, Dia Yang Maha Suci berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
ۚ“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya dengan menyapihnya adalah tiga puluh bulan….” (Al-Ahqaf: 15)

Dua ayat yang mulia di atas berisi perintah berbakti kepada orangtua sebagai suatu kewajiban dalam agama yang mulia ini. Bahkan Allah ‘Azza wa Jalla menggandengkan perintah berbakti ini dengan perintah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Seperti dalam ayat:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatupun serta berbuatbaiklah kepada kedua orang tua.“ (An-Nisa`:36)

Ayah dan ibu berserikat dalam hal memiliki hak terhadap anaknya untuk memperoleh bakti. Hanya saja ibu memiliki bagian dan porsi yang lebih besar dalam hal beroleh bakti. Karena Nabi

Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika ditanya oleh seorang sahabatnya:
يا رسول الله من أحق الناس بحسن صحابتي؟. قال: أمك. قال: ثم من؟. قال أمك. قال: ثم من؟. قال: أمك. قال: ثم من؟. قال: أبوك
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, jawab beliau, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata menukilkan ucapan Ibnu Baththal rahimahullahu, “Kandungan hadits ini adalah seorang ibu memiliki hak untuk mendapatkan kebaikan yang disebutkan tiga kali daripada hak seorang ayah.” Ibnu Baththal juga mengatakan, “Yang demikian itu diperoleh karena kesulitan yang didapatkan saat mengandung, kemudian melahirkan lalu menyusui. Tiga perkara itu dialami sendiri oleh seorang ibu dan ia merasakan kepayahan karenanya. Kemudian ibu menyertai ayah dalam memberikan tarbiyah (pendidikan kepada anak). Isyarat akan hal ini terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.“ (Luqman: 14)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyamakan antara ayah dan ibu dalam mendapatkan bakti, dan Dia mengkhususkan ibu dalam tiga perkara (mengandung, melahirkan dan menyusui).” (Fathul Bari, 10/493)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menyatakan, “Dalam hadits ini ada hasungan untuk berbuat baik kepada kerabat[1]. Ibu adalah yang paling berhak mendapatkan bakti di antara kerabat yang ada, kemudian ayah, kemudian kerabat yang terdekat. Ulama berkata, ‘Sesbab didahulukannya ibu adalah karena banyaknya kepayahan yang dialaminya dalam mengurusi anak. Di samping karena besarnya kasih sayangnya, pelayanannya, kepayahan yang dialaminya saat mengandung si anak, kemudian saat melahirkannya, menyusuinya, mendidiknya, melayaninya, mengurusi/merawatnya tatkala sakit dan selainnya’.” (Al-Minhaj, 16/318)
Al-Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`di rahimahullahu berkata dalam tafsirnya terhadap surat Al-Ahqaf ayat 15, “Ini merupakan kelembutan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya dan kesyukuran-Nya kepada kedua orangtua. Di mana Dia mewasiatkan kepada anak-anak agar berbuat baik kepada kedua orangtua dengan menunjukkan kepada keduanya perkataan yang lembut, kalimat yang lunak/halus, memberikan harta dan nafkah serta sisi-sisi kebaikan lainnya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan peringatan dengan menyebutkan sebab seorang anak harus berbuat baik kepada orangtuanya. Dia menyebutkan kesulitan-kesulitan yang ditanggung/dipikul oleh seorang ibu saat mengandung anaknya, kemudian kesulitan yang besar saat melahirkannya, lalu kepayahan menyusuinya dan memberikan pelayanan dalam mengasuhnya. Kesulitan dan kepayahan yang disebutkan ini dihadapi bukan dalam masa yang pendek/singkat, sejam atau dua jam. Tapi dihadapi dalam kadar masa yang panjang “tiga puluh bulan”, masa kehamilan selama sembilan bulan atau sekitarnya dan waktu yang tersisa untuk masa penyusuan. Ini yang umum terjadi. Ayat ini dengar firman-Nya:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ
“Dan para ibu hendaknya menyusui anak-anak mereka selama dua tahun yang sempurna.” (Al-Baqarah: 233)
Dijadikan sebagai dalil untuk menyatakan bahwa minimal masa kehamilan itu enam bulan. Karena masa menyusui (sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat di atas, pent.) lamanya dua tahun (24 bulan, pent.). Bila diambil dua tahun (24 bulan) dari masa 30 bulan maka tersisalah enam bulan sebagai masa kehamilan.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 781)
Dari ayat, hadits dan penjelasan di atas tampaklah bagi kita peran agung seorang ibu. Ia telah mengandung anaknya selama sembilan bulan lebih beberapa hari, dengan kepayahan, keberatan, dan kesulitan. Tiba saat melahirkan, ia pun berjuang menghadapi maut. Sakit yang sangat pun dialaminya untuk mengeluarkan buah hatinya ke dunia. Tidak sampai di situ, setelah si anak lahir dengan penuh kasih disusunya kapan saja si anak membutuhkan. Tak peduli siang ataupun malam sehingga harus menyita waktu istirahatnya. Kelelahan demi kelelahan dilewatinya dengan penuh kesabaran dan lapang dada, demi sang permata hati …
Demikianlah. Sehingga pantaslah syariat yang suci ini memberinya pemuliaan dengan memerintahkan anak agar berbakti kepadanya, selain berbakti kepada sang ayah. Bakti ini terus diberikan sampai akhir hayat keduanya. Bahkan juga sepeninggal keduanya, dengan menyambung silaturahim dan berbuat baik kepada sahabat/orang-orang yang dikasihi keduanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
إِنَّ أَبَرَّ البِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أَبِيْهِ
“Sesungguhnya berbuat baik yang paling baik adalah seseorang menyambung hubungan dengan orang yang dikasihi ayahnya.” (HR. Muslim no. 6461)
Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu yang meriwayatkan hadits di atas dari Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam mencontohkan pengamalan hadits ini dengan perbuatannya. Disebutkan, ada seorang Arab gunung bertemu Abdullah di jalanan di Makkah. Abdullah mengucapkan salam kepadanya, lalu menyerahkan keledai yang ditungganginya agar dinaiki oleh orang tersebut dan memberinya sorban yang semula dipakainya. Ibnu Dinar, seorang perawi hadits ini bertanya kepada Abdullah, “Semoga Allah memperbaikimu! Mereka itu orang gunung (A’rab) dan mereka sudah cukup senang dengan pemberian yang sedikit.” Abdullah berkata menjelaskan sebab ia berbuat demikian kepada si A’rabi, “Ayah orang Arab gunung itu dulunya sahabat yang dikasihi oleh ‘Umar ibnul Khaththab. Sementara aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya berbuat baik yang paling baik adalah seorang anak menyambung hubungan dengan orang yang dikasihi ayahnya‘.” (HR. Muslim no. 6460)
Satu lagi atsar yang menunjukkan keutamaan berbakti kepada ibu. Diriwayatkan dari ‘Atha` bin Yasar, dari Ibnu ‘Abbas seraya berkata, “Aku telah meminang seorang wanita, namun wanita itu menolak untuk menikah denganku. Kemudian ada lelaki lain yang meminangnya dan ternyata ia senang menikah dengan lelaki tersebut. Aku pun cemburu hingga membawaku membunuh wanita tersebut. Lalu, adakah taubat untukku?” Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?”
“Tidak,” jawab lelaki tersebut.
“Bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan taqarrub-lah (mendekat dengan melakukan amal shalih) kepada-Nya semampumu.”
‘Atha` bin Yasar berkata, “Aku pergi lalu bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, ‘Kenama engkau menanyakan tentang kehidupan ibunya (masih hidup atau tidak)?’.”
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjawab, “Sungguh aku tidak mengetahui adanya suatu amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla daripada berbakti kepada ibu.”
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari rahimahullahu dalam Al-Adabul Mufrad dan dishahihkan dalam Ash-Shahihah no. 2799)

Karena berbakti kepada orangtua–khususnya ibu yang sedang menjadi pembicaraan kita–telah diperintahkan oleh agama Islam, maka kita tidak membutuhkan perayaah Hari Ibu untuk mengenang jasa-jasa seorang ibu dan menjadikannya sebagai momen untuk memberi hadiah-hadiah kepada ibu. Atau memberikan perhatian khusus kepadanya dan meng-’istirahat’-kannya dari pekerjaan pada hari tersebut. Seorang anak, dalam Islam, harus berbuat baik kepada ibunya kapan pun. Di setiap waktu dan di setiap keadaan tanpa menunggu datangnya Hari Ibu yang justru merupakan suatu perayaan yang diada-adakan tanpa perintah dari agama. Bahkan semata taklid kepada budaya Barat yang memang tidak mengenal istilah ‘berbakti kepada orangtua’ dalam budaya mereka.
Contoh Anak yang Berbakti
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai seorang yang berbakti kepada ibunya dan tidak melupakan untuk meminta ampun bagi ibunya bila ia beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Muhammad bin Sirin rahimahullahu berkata, “Kami sedang berada di sisi Abu Hurairah pada suatu malam. Saat itu Abu Hurairah berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah Abu Hurairah dan ibuku, serta ampunilah orang yang memintakan ampun untuk Abu Hurairah dan ibunya’.” Muhammad berkata, “Maka kami pun memintakan ampun untuk keduanya agar kami dapat masuk dalam doa Abu Hurairah.” (Diriwayatkan Al-Bukhari rahimahullahu dalam Al-Adabul Mufrad no. 37 dan dishahihkan sanadnya oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad)
Sebelumnya, ibu Abu Hurairah enggan masuk Islam, Abu Hurairah berkisah, “Aku mengajak ibuku yang masih musyrik untuk masuk Islam. Suatu hari aku mendakwahinya maka ia memperdengarkan kepadaku ucapan yang kubenci tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan menangis. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Aku mengajak ibuku masuk Islam namun ia menolak. Suatu hari aku mendakwahinya, namun ia memperdengarkan kepadaku ucapan yang kubenci tentangmu. Maka doakanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberi hidayah kepada ibu Abu Hurairah.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun berdoa:
اللَّهُمَّ اهْدِ أُمُّ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
“Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu Abu Hurairah.”
Aku pun keluar dalam keadaan gembira dengan doa Nabiullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika tiba di rumah, aku menuju pintu yang ternyata sedang tertutup. Ibuku mendengar suara gesekan dua telapak kakiku di tanah, maka ia berkata, “Tetaplah di tempatmu, wahai Abu Hurairah.” Aku mendengar suara gerakan/percikan air. Ternyata ibuku mandi, lalu mengenakan pakaian dan kerudungnya. Setelahnya ia membuka pintu, kemudian berkata, “Wahai Abu Hurairah! Aku bersaksi Laa ilaaha ilallah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.” Aku pun kembali menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan menangis karena bahagia. Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Bergembiralah, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doamu dan memberi hidayah kepada ibu Abu Hurairah.” Beliau pun memuji Allah ‘Azza wa Jalla dan menyanjung-Nya. (HR. Muslim no. 6346)
Ada lagi seorang tokoh tabi’in yang dikenal sangat berbakti kepada ibunya. Dia adalah Uwais Al-Qarani rahimahullahu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentangnya kepada ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Suatu saat nanti akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama rombongan pasukan penduduk Yaman. Dia berasal dari kabilah Murad, dari Qaran. Dulu dua terkena penyakit belang, lalu dia disembuhkan dari penyakitnya itu, kecuali sebesar dirham di pusarnya. Dia memiliki seorang ibu dan sangat berbakti kepadanya. Kalau dia bersumpah kepada Allah, pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala kabulkan sumpahnya. Kalau engkau bisa memintanya agar memohonkan ampun untukmu maka lakukanlah[2].” (HR. Muslim no. 6439)

Haramnya Durhaka kepada Ibu


Perintah berbakti kepada ibu telah jelas bagi kita. Kebalikan dari berbakti adalah berbuat durhaka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang perbuatan durhaka ini, dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ الأُمَّهَاتِ…
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi kalian berbuat durhaka kepada para ibu ….” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 4457)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Durhaka kepada ibu adalah haram dan termasuk dosa besar, menurut kesepakatan para ulama. Betapa banyak hadits shahih yang memasukkannya ke dalam dosa besar. Demikian pula berbuat durhaka kepada ayah termasuk dosa besar. Dalam hadits ini dibatasi penyebutan durhaka kepada ibu (tanpa menyebutkan durhaka kepada ayah) karena kehormatan mereka (para ibu) lebih ditekankan daripada ayah. Karenanya, ketika ada yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang siapakah yang paling berhak mendapatkan kebaikannya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ibumu kemudian ibumu”, sebanyak tiga kali. Setelah itu, pada kali yang keempat beliau baru menyebutkan, “Kemudian ayahmu.” Juga karena kebanyakan perbuatan durhaka dari anak diterima/dirasakan oleh para ibu.” (Al Minhaj, 11/238)
Taat Hanya dalam Perkara yang Selain Dosa dan Maksiat
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa telah turun beberapa ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan dirinya. Ia berkisah bahwa Ummu Sa’d (yakni ibunya) bersumpah tidak akan mengajaknya bicara selama-lamanya sampai ia mau meninggalkan agama Islam. Dia juga bersumpah tidak akan makan dan minum. Si ibu berkata, “Engkau mengaku bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mewasiatkanmu untuk berbakti kepada kedua orangtuamu. Sementara aku adalah ibumu dan aku memerintahkanmu untuk meninggalkan agama baru yang engkau anut.” Sa’d berkata, “Ibuku melewati tiga hari dengam melaksanakan sumpahnya untuk tidak makan dan minum, hingga ia jatuh pingsan karena kepayahan yang dideritanya. Maka bangkitlah putranya yang bernama Umarah lalu memberinya minum. Mulailah si ibu mendoakan kejelekan untuk Sa’d. Allah ‘Azza wa Jalla pun menurunkan dalam Al-Qur’an, ayat berikut:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ?
“Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya.“ (Al-Ankabut: 8)
وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي
“Namun bila keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku….”
Dalam ayat tersebut dinyatakan:
فَلَا تُطِعْهُمَا ? وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ?
“Maka janganlah engkau menaati keduanya dan bergaullah kepada keduanya di dunia dengan ma’ruf.“ (Luqman: 15) (HR. Muslim no. 6188)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ طَاعَةَ فِي الْمَعْصِيَةِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat. Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang ma’ruf.” (HR. Al-Bukhari no. 7257 dan Muslim no. 4742)

Bolehnya Menyambung Hubungan dengan Ibu yang Musyrik

Dibolehkan bagi seorang anak untuk tetap menjaga hubungan baik dengan ibunya yang berbeda agama dengannya alias kafir. Karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ? إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى? إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ? وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَـ?ئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, mengusir kalian dari negeri kalian, dan membantu orang lain untuk mengusir kalian. Dan barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan maka mereka itulah orang-orang yang zalim.“ (Al-Mumtahanah: 8-9)

Asma’ bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma berkata:
قَدِمْتُ عَلَيَّ أُمِّيْ وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِيْ عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قُلْتُ: إِنَّ أُمِّي قّدِمَتْ وَهِيَ رَاغِبَةٌ، أَفَأَصِلُ أُمِّي؟ قَالَ: نَعَمْ، صِلِيْ أُمَّكِ
“Ibuku datang menemuiku dalam keadaan ia masih musyrikah di masa perjanjian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam (dengan kafir Quraisy). Aku pun meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku berkata, “Ibuku datang menemuiku untuk meminta baktiku kepadanya dalam keadaan mengharap kebaikan putrinya. Apakah aku boleh menyambung hubungan dengan ibuku?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Iya, sambunglah hubungan dengan ibumu.” (HR. Al-Bukhari no. 2620 dan Muslim no. 2322)
Lalu bila timbul pertanyaan, bagaimana dengan ayat Allah ‘Azza wa Jalla yang menyatakan:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.“ (Al-Mujadilah: 22)
Juga ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ ? وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَـ?ئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian sebagai kekasih, jika mereka lebih mencintai/mengutamakan kekafiran daripada keimanan. Dan siapa di antara kalian yang berloyalitas dengan mereka maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.“ (At-Taubah: 23)
Maka dijawab, bahwa berbuat baik dan menyambung hubungan tidak mengharuskan adanya rasa saling cinta. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata dalam tafsir ‘Athiyyah Muhammad Salim dalam kitab pelengkap (Titimmah) Adhwa`ul Bayan (8/154), “Menyambung hubungan dengan memberikan harta, berbuat baik, berlaku adil, berbicara lembut dan surat menyurat, dengan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah termasuk loyalitas yang terlarang bagi kaum muslimin terhadap orang yang tidak boleh mereka berikan sikap wala` (loyalitas) karena permusuhannya dengan kaum muslimin. Berlaku baik dan adil seperti itu dibolehkan Allah ‘Azza wa Jalla dan tidak haram untuk dilakukan kepada orang-orang musyrikin yang tidak memusuhi kaum muslimin. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang yang menampakkan permusuhan kepada kaum muslimin, kepada mereka ini kita dilarang untuk berloyalitas apabila bentuk loyalitas tersebut selain berbuat baik dan bersikap adil….”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata, “Kemudian berbakti, menyambung hubungan dan berbuat baik tidaklah mengharuskan saling cinta dan sayang menyayangi yang dilarang dalam firman-Nya, ‘Engkau tidak akan mendapai suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya….’ Karena ayat ini umum mencakup diri orang yang memerangi dan orang yang tidak memerangi.” (Fathul Bari)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Catatankaki:
[1] Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
أُمُّكَ، ثُمَّ أُمَّكَ، ثُمَّ أُمَّكَ، ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
“Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu. Kemudian kerabat yang paling dekat denganmu, dan yang paling dekat denganmu.” (HR. Muslim no. 6448)
[2] Kata Imam An-Nawawi rahimahullahu, “Hadits Uwais ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orangtua….” (Al-Minhaj, 16/312)
(Sumber: Asy Syariah No. 42/1429 H/2008, halaman 83-88, judul: Kedudukan Seorang Ibu, penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah, katagori: Niswah

Senin, 26 April 2010

Contoh Makalah Santri

Makalah ini di tulis oleh : Halimah Paridiani (Santriwati)
sebagai tugas dalam Kajian Islam.


FADHILAH SHAUM RAMADHAN


A. Fadhilah Saum Ramadhan


Segala puji bagi Allah SWT telah memberikan kita kesempatan untuk bersyukur, melimpahkan kita kenikmatan, dan menganugerahkan kita keimanan dan keislaman. Shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, panglima besar umat islam, yang berkat beliaulah kita dapat terikat dalam suatu ikatan Islam.

Kata shaum pasti sudah menjadi sesuatu yang tidak asing bagi umat muslim, Ramadhan telah dinanti-nanti seluruh masyarakat umat islam, dan shaum ramadhan telah sering kita lakukan setiap tahun, karena itulah perintah Allah SWT yang wajib dilakukan bagi setiap muslim yang mampu. Pada waktu fajar kita sahur mempersiapkan shaujm di siang hari, waktu shubuh tiba kitapun mulai melaksanakan ibadah puasa hingga waktu maghrib. Terasa lapar, haus, tapi itulah perintah allah yang wajib kita lakukan.

Satu hal yang membuat kita bertanya-tanya, yaitu ada apa dibalik ibadah shaum ramadhan, fadhilah apa yang terkandung dalam shaum ramadhan. Suatu hal yang menjadikan semangat bagi kita dalam melaksanakan ibadah puasajika mengetahuinya. Sesuatu yang menjadikan para mujahidin islam berkobarka semangat dalam berperang membela islam. Ada apa dibalik semua itu? Temukan jawabannya dalam makalah ini.

B. Pengertian

A. Pengertian Puasa secara Etimologi

Yaitu الأمساك yang artinya menahan sesuatu( Al Munjid : 441 )

B. Pengertian Puasa secara Terminologi

Yaitu menahan diri dari makan, minum, ucapan(yang tidak berguna), hal tercela, dan semua yang dapat membatalkan puasa( Al-Munjid : 440 )

C. Dalil Syar’i

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa") QS.Al-Baqarah : 183 )


”barang siapa berpuasa pada bulan ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.”

* KEUTAMAAN SHAUM

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi…”

1. Menghapuskan Dosa-Dosa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari [38, 1901, 2014] dan Muslim [760] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Yang dimaksud dengan iman di sini adalah meyakini wajibnya puasa yang dia lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan mengharapkan pahala/ihtisab adalah keinginan mendapatkan balasan pahala dari Allah ta’ala (Fath Al-Bari, 4/136).

An-Nawawi mengatakan bahwa pendapat yang populer di kalangan para ulama ahli fikih menyatakan bahwa dosa-dosa yang terampuni dengan melakukan puasa Ramadhan itu adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar (lihat Al-Minhaj, 4/76). Hal itu sebagaimana tercantum dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Shalat lima waktu. Ibadah Jum’at yang satu dengan ibadah jum’at berikutnya. Puasa Ramadhan yang satu dengan puasa Ramadhan berikutnya. Itu semua merupakan penghapus dosa antara keduanya, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim [233]).

Di dalam kitab Shahihnya Bukhari membuat sebuah bab yang berjudul ‘Shalat lima waktu sebagai penghapus dosa’ kemudian beliau menyebutkan hadits yang senada, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Nabi bersabda,

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا

“Bagaimana menurut kalian kalau seandainya ada sebuah sungai di depan pintu rumah kalian dan dia mandi di sana sehari lima kali. Apakah masih ada sisa kotoran yang ditinggalkan olehnya?”. Para sahabat menjawab, “Tentu saja tidak ada lagi kotoran yang masih ditingalkan olehnya.” Maka beliau bersabda, “Demikian itulah perumpamaan shalat lima waktu dapat menghapuskan dosa-dosa.” (HR. Bukhari [528] dan Muslim [667]).

Ibnu Hajar mengatakan, “Zahir hadits ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini lebih luas daripada dosa kecil maupun dosa besar. Akan tetapi Ibnu Baththal mengatakan, ‘Dari hadits ini diambil kesimpulan bahwa yang dimaksudkan adalah khusus dosa-dosa kecil saja, sebab Nabi menyerupakan dosa itu dengan kotoran yang menempel di tubuh. Sedangkan kotoran yang menempel di tubuh jelas lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan bekas luka ataupun kotoran-kotoran manusia.’.”

Meskipun demikian, Ibnu Hajar membantah ucapan Ibnu Baththal ini dengan menyatakan bahwa yang dimaksud oleh hadits bukanlah kotoran ringan yang sekedar menempel di badan, namun yang dimaksudkan adalah kotoran berat yang benar-benar sudah melekat di badan. Penafsiran ini didukung oleh bunyi riwayat lainnya yang dibawakan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri dengan sanad la ba’sa bihi yang secara tegas menyebutkan hal itu.

Oleh sebab itulah Al-Qurthubi mengatakan, “Zahir hadits ini menunjukkan bahwa melakukan shalat lima waktu itulah yang menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa, akan tetapi makna ini janggal. Namun terdapat hadits lain yang diriwayatkan sebelumnya oleh Muslim dari penuturan Al-Alla’ dari Abu Hurairah secara marfu’ Nabi bersabda, ‘Shalat yang lima waktu adalah penghapus dosa di antara shalat-shalat tersebut selama dosa-dosa besar dijauhi.’ Berdasarkan dalil yang muqayyad (khusus) ini maka hadits lain yang muthlaq (umum) harus diartikan kepada makna ini.” (lihat Fath Al-Bari, 2/15).

Hadits-hadits yang menyebutkan tentang penghapusan dosa karena amal kebaikan di atas sesuai dengan kandungan firman Allah ta’ala,

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

“Sesungguhnya amal-amal kebaikan itu akan menghapuskan dosa-dosa.” (QS. Huud [11] : 114).

Ibnu Katsir mengatakan, “Allah menyatakan bahwa mengerjakan amal-amal kebaikan akan dapat menghapuskan dosa-dosa di masa silam…” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 4/247). Syaikh As-Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dosa-dosa di dalam ayat di atas adalah dosa-dosa kecil (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 391).

Sebagaimana Allah juga menjadikan tindakan menjauhi dosa-dosa besar sebagai sebab dihapuskannya dosa-dosa kecil. Allah berfirman,

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kepada kalian niscaya Kami akan menghapuskan dosa-dosa kecil kalian dan Kami akan memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisaa’ [4] : 31).

Syaikh As-Sa’di menjelaskan bahwa definisi yang paling tepat untuk dosa besar adalah segala bentuk pelanggaran yang diberi ancaman hukuman khusus (hadd) di dunia atau ancaman hukuman tertentu di akhirat atau ditiadakan status keimanannya atau timbulnya laknat karenanya atau Allah murka kepadanya (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 176).

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan ucapan Ibnu Abbas mengenai firman Allah di atas. Ibnu Abbas mengatakan, “Dosa besar adalah segala bentuk dosa yang berujung dengan ancaman neraka, kemurkaan, laknat, atau adzab.” (HR. Ibnu Jarir, disebutkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, 2/202).

Ibnu Abi Hatim menuturkan : Abu Zur’ah menuturkan kepada kami : Utsman bin Syaibah menuturkan kepada kami : Jarir menuturkan kepada kami riwayat dari Mughirah. Dia (Mughirah) mengatakan, “Tindakan mencela Abu Bakar dan Umar radhiyallahu’anhuma juga termasuk dosa besar.” Ibnu Katsir mengatakan, “Sekelompok ulama bahkan berpendapat kafirnya orang yang mencela Sahabat, ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Malik bin Anas rahimahullah.” Muhammad bin Sirin mengatakan, “Aku tidaklah mengira bahwa ada seorang pun yang menjatuhkan nama Abu Bakar dan Umar sementara dia adalah orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi). (lihat keterangan ini dalam Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 2/203).

Qatadah mengatakan tentang makna ayat di atas, “Allah hanya menjanjikan ampunan bagi orang yang menjauhi dosa-dosa besar.” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 2/203).

Termasuk bagian dari menjauhi dosa besar ialah dengan senantiasa menunaikan kewajiban yang apabila ditinggalkan maka pelakunya terjerumus dalam dosa besar seperti halnya meninggalkan shalat, meninggalkan shalat Jum’at, atau meninggalkan puasa Ramadhan (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 176).

2. Memasukkan Ke Dalam Surga
Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu’anhu menceritakan bahwa suatu ketika ada seorang lelaki badui datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan rambutnya acak-acakan. Dia mengatakan,
“Wahai Rasulullah. Beritahukan kepadaku tentang shalat yang Allah wajibkan untuk kukerjakan?”.
Beliau menjawab,
“Shalat lima waktu, kecuali kalau kamu mau menambahnya dengan shalat sunnah.”
Lalu dia berkata,
“Beritahukan kepadaku puasa yang Allah wajibkan untukku?”.
Beliau menjawab,
“Puasa di bulan Ramadhan, kecuali kalau kamu mau menambah dengan puasa sunnah.”
Lalu dia berkata,
“Beritahukan kepadaku zakat yang Allah wajibkan untukku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberitahukan kepadanya syari’at-syari’at Islam. Orang itu lalu mengatakan, “Demi Dzat yang telah memuliakan anda dengan kebenaran. Aku tidak akan menambah sama sekali, dan aku juga tidak akan menguranginya barang sedikitpun dari kewajiban yang Allah bebankan kepadaku.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
“Dia beruntung jika dia memang jujur.”
Atau beliau mengatakan,
“Dia akan masuk surga jika dia benar-benar jujur/konsekuen dengan ucapannya itu.” (HR. Bukhari [46, 1891, 2678, dan 9656] dan Muslim [11]).

3. Membentengi Pelakunya Dari Perbuatan Buruk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

“Puasa adalah perisai, maka janganlah dia berkata kotor dan bertindak dungu. Kalau pun ada orang yang mencela atau mencaci maki dirinya hendaknya dia katakan kepadanya, “Aku sedang puasa.” Dua kali. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi. (Allah berfirman) ‘Dia rela meninggalkan makanannya, minumannya, dan keinginan nafsunya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.’ Setiap kebaikan itu pasti dilipatgandakan sepuluh kalinya.” (HR. Bukhari [1894] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Yang dimaksud dengan kata-kata kotor (rofats) di dalam hadits ini adalah ucapan yang keji. Kata rofats juga terkadang dimaksudkan untuk menyebut jima’ beserta pengantar-pengantarnya. Atau bisa juga maknanya lebih luas daripada itu semua (Fath Al-Bari, 4/123).

Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ini bukan berarti di selain waktu puasa orang boleh mengucapkan kata-kata kotor. Hanya saja ketika sedang berpuasa maka larangan terhadap hal itu semakin keras dan semakin tegas (Fath Al-Bari, 4/124).

Kata rofats dengan makna jima’ bisa dilihat dalam ayat,

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ

“Dihalalkan untuk kalian pada malam (bulan) puasa melakukan rafats (jima’) kepada isteri-isteri kalian.” (QS. Al-Baqarah [2] : 187).

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kata rofats di dalam ayat ini maksudnya adalah jima’. Inilah tafsiran Ibnu Abbas, Atha’, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Thawus, Salim bin Abdullah, Amr bin Dinar, Al-Hasan, Qatadah, Az-Zuhri, Adh-Dhahhaak, Ibrahim An-Nakha’i, As-Suddi, Atha’ Al-Khurasani, dan Muqatil bin Hayan (lihat Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 1/286).

Dan yang dimaksud dengan bau mulut -orang yang puasa- tersebut adalah bau mulut yang timbul akibat berpuasa, bukan karena sebab yang lain (Fath Al-Bari, 4/125).

Sedangkan yang dimaksud dengan ‘keinginan nafsunya’ di dalam hadits ini adalah hasrat untuk berjima’, sebab penyebutannya digandengkan dengan makan dan minum (Fath Al-Bari, 4/126).

4. Sebuah Pintu Khusus Di Surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk Surga melewatinya pada hari kiamat nanti. Tidak ada orang yang memasukinya selain mereka. Diserukan kepada mereka, ‘Manakah orang-orang yang rajin berpuasa?’. Maka merekapun bangkit. Tidak ada yang masuk melewati pintu itu selain golongan mereka. Dan kalau mereka semua sudah masuk maka pintu itu dikunci sehingga tidak ada lagi seorangpun yang bisa melaluinya…” (HR. Bukhari [1896] dari Sahl radhiyallahu’anhu).

Yang dimaksud dalam hadits dengan orang yang rajin puasa bukanlah orang yang hanya mengerjakan puasa dan tidak mengerjakan shalat, sebab orang seperti ini tidak akan masuk surga akibat kekafirannya (meninggalkan shalat, pen). Akan tetapi yang dimaksud adalah kaum muslimin yang banyak-banyak berpuasa maka dia akan dipanggil agar melalui pintu tersebut. Sehingga setiap penghuni surga akan memasuki surga melalui pintu-pintunya yang berjumlah delapan (lihat Syarh Riyadhush Shalihin oleh Ibnu Utsaimin, 3/388-389).

Masing-masing pintu di surga memiliki kekhususan. Hal itu sebagaimana dikabarkan oleh Nabi dalam haditsnya,

مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُم

“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Royyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan ibuku sebagai penebus anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”.
Maka beliau pun menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari [1897 dan 3666] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Al-Qadhi menukil ucapan Al-Harawi ketika menerangkan makna ’sepasang hartanya’ : Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ’sepasang harta’ adalah dua ekor kuda, dua orang budak, atau dua ekor onta (Al-Minhaj oleh An-Nawawi, 4/351). Sedangkan yang dimaksud dengan berinfak di jalan Allah dalam hadits ini mencakup berinfak untuk segala bentuk amal kebaikan, bukan khusus untuk jihad saja (Al-Minhaj, 4/352).

Hadits ini juga menunjukkan bahwa setiap orang yang beramal akan dipanggil dari pintunya masing-masing. Hal ini didukung dengan hadits dari jalur lain juga dari Abu Hurairah yang mengungkapkannya secara tegas, Nabi bersabda,

لِكُلِّ عَامِل بَاب مِنْ أَبْوَاب الْجَنَّة يُدْعَى مِنْهُ بِذَلِكَ الْعَمَل

“Bagi setiap orang yang beramal terdapat sebuah pintu khusus di surga yang dia akan dipanggil melalui pintu tersebut karena amal yang telah dilakukannya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih, demikian kata Al-Hafizh dalam Fath Al-Bari, 7/30).

Hadits ini juga menunjukkan betapa mulia kedudukan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Sebab Nabi mengatakan di akhir hadits ini, “Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka -yaitu orang yang dipanggil dari semua pintu surga-.” Para ulama mengatakan bahwa harapan dari Allah atau Nabi-Nya pasti terjadi. Dengan pernyataan ini maka hadits di atas termasuk kategori hadits yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Hadits ini juga menunjukkan bahwa betapa sedikit orang yang bisa mengumpulkan berbagai amal kebaikan di dalam dirinya (Fath Al-Bari, 7/31).

Abu Bakar adalah orang yang memiliki berbagai bentuk amal shalih dan ketaatan. Hal itu terbukti sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?”. Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?”. Maka Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?”. Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.” Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim [1027 dan 1028] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Abu Bakar Al-Muzani berkomentar tentang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu, ”Tidaklah Abu Bakar itu melampaui para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (semata-mata) karena (banyaknya) mengerjakan puasa atau sholat, akan tetapi karena sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya.” Mengomentari ucapan Al-Muzani tersebut, Ibnu ‘Aliyah mengatakan, ”Sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya adalah rasa cinta kepada Allah ‘azza wa jalla dan sikap nasihat terhadap (sesama) makhluk-Nya.” (Jami’ Al-’Ulum wa Al-Hikam oleh Ibnu Rajab, hal. 102).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

”Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuh. Dan apabila ia rusak, rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah jantung.” (HR. Bukhari [52] dan Muslim [1599] dari sahabat An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhuma).

Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, ”Di dalam hadits ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa kebaikan gerak-gerik anggota badan manusia, kemauan dirinya untuk menjauhi perkara-perkara yang diharamkan, kesanggupannya meninggalkan hal-hal yang berbau syubhat (ketidakjelasan) adalah sangat tergantung pada gerak-gerik hatinya. Apabila hatinya bersih, yaitu tatkala di dalamnya tidak ada selain kecintaan kepada Allah dan kecintaan terhadap apa-apa yang dicintai Allah, rasa takut kepada Allah dan khawatir terjerumus dalam hal-hal yang dibenci-Nya, maka niscaya akan menjadi baik pula gerak-gerik seluruh anggota badannya. Dari sanalah tumbuh sikap menjauhi segala macam keharaman dan sikap menjaga diri dari perkara-perkara syubhat untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan…” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, hal. 93).

An-Nawawi mengatakan, “Hadits ini menunjukkan penegasan agar bersungguh-sungguh dalam upaya memperbaiki hati dan menjaganya dari kerusakan.” (Al-Minhaj, 6/108).

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa salah satu pelajaran penting yang bisa dipetik dari hadits di atas adalah, “Poros baik dan rusaknya (amalan) adalah bersumber dari hati. Apabila hatinya baik maka seluruh tubuh juga akan baik. Dan jika ia rusak, maka seluruh anggota tubuh akan ikut rusak. Dari faidah ini muncul perkara yang lain yaitu : sudah semestinya memperhatikan masalah hati lebih daripada perhatian terhadap masalah amal anggota badan. Sebab hati adalah poros amalan. Dan hati itulah yang nanti pada hari kiamat akan menjadi objek utama ujian yang ditujukan kepada manusia. Hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Apakah mereka tidak mengetahui ketika mayat yang ada di dalam kubur dibangkitkan dan dikeluarkan apa-apa yang tersembunyi di dalam dada.” (QS. Al-’Adiyat : 9-10). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Dia Maha Kuasa untuk mengembalikannya. Pada hari itu akan diuji perkara-perkara yang tersembunyi (di dalam hati).” (QS. Ath-Thariq : 8-9). Maka sucikanlah hatimu dari kesyirikan, kebid’ahan, dengki dan perasaan benci kepada kaum muslimin, serta (bersihkanlah hatimu) dari akhlak-akhlak dan keyakinan lainnya yang bertentangan dengan syari’at, karena yang menjadi pokok segala urusan adalah hati.” (Syarh Arba’in, hal. 113).

Beliau juga mengatakan, “Apabila Allah di dalam kitab-Nya, serta Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam Sunnahnya juga telah menegaskan agar memperbaiki niat, maka wajib bagi setiap manusia untuk memperbaiki niatnya dan memperhatikan adanya keragu-raguan yang tertanam di dalam hatinya untuk kemudian dilenyapkan olehnya menuju keyakinan. Lantas bagaimanakah caranya?”.

Beliau melanjutkan, “Hal itu dapat ditempuh dengan cara memperhatikan ayat-ayat. Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam sungguh-sungguh terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang menggunakan akal pikiran.” (QS. Ali ‘Imran : 190). Allah juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya di langit dan di bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman, begitu juga dalam penciptaan diri kalian dan hewan-hewan melata yang bertebaran adalah tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Al-Jatsiyah : 4). Maka silakan anda perhatikan ayat-ayat Allah yang lain.”

“Kemudian apabila syaitan membisikkan di dalam hati anda keragu-raguan, perhatikanlah ayat-ayat Allah, perhatikan alam semesta ini siapakah yang telah mengaturnya, perhatikanlah bagaimana keadaan bisa berubah-ubah, bagaimana Allah mempergilirkan perjalanan hari di antara umat manusia sampai anda benar-benar yakin bahwa alam ini memiliki pengatur yang maha bijaksana (yaitu Allah) ‘azza wa jalla…” (Syarh Riyadhush Shalihin, 1/41).

D. Kesimpulan

Jadi, kita semua harus senantiasa lebih meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT, setelah membaca makalah ini tentunya kita bisa lebih bersemangat dalam menjalankan ibadah puasa, ataupun ibadah-ibadah yang lainnya. Tapi bukan berarti semangat itu dengan kita mengundur buka puasa kita kepada waktu ‘isya, melainkan menjadi lebih ikhlas, senang, dan melakukan hal yang bermanfaat.

E. Maraji’

1. Al-Quranul Karim
2. http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/08/04/keagungan-puasa-ramadhan/ Download pada hari Jum’at 14 Agustus 2009 Pukul 20.00 WIB
3. Al-Munjid

NURUL FITRI apa adanya































Tapi ini photo lamaaa...hehehe.....
Sebelum semuanya BERUBAH, mau tau perubahannya ???
Silahkan datang saja langsung... kami tunggu dengan lapang dada...

Kamis, 11 Februari 2010

Tazkiyah

ZUHUD

Rosulullah SAW bersabda : “Zuhudlah terhadap dunia niscaya ALLAH mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya mereka mencintaimu”.
(Hasan Ibnu Majah)

Secara bahasa zuhud bermakna “memalingkan” dari sesuatu yang bernilai remeh. Sedangkan secara Istilah, Ats Tsauri mengatakan bahwa zuhud adalah tidak panjang angan-angan. Sedangkan menurut Rawaim al Jundi menganggap remeh dunia dan menghilangkan pengaruhnya dari hati.
Adapun definisi yang lengkap sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyyah, yaitu : meninggalkan apa-apa yang tidak ada faedahnya bagi akhirat.
Dari beberapadefinisi diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa zuhud tidak berarti harus miskin, biarpun hartanya melimpah bro di juru bro di panto ngalayah di tengah imah asal dimanfa’atkan di jalan-Nya sedang hatinya selalu tertuju kampung akhirat, maka itulah orang yang zuhud. Bukankah kita mendengar bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, Abdullah bin Mubarrok, Abu Hanifah dan sebagainya adalah orang orang yang berharta ?
Namun kegemaran mereka berinfak bukan rahasia lagi. Begitulah sikap orang yang zuhud.
Itulah sebabnya ketika Imam Ahmad ditanya tentang seseorang yang mempunyai uang seribu dinar, apakah bisa dikategorikan sebagai orang yang zuhud ? beliau menjawab, ”ya, asal ia tidak kegirangandengan bertambahnya harta dan tidak bersedih bila hartanya berkurang”. Dengan kata lainhatinya tidak terpaut dengan hartanya tersebut.
Zuhud memiliki 3 tingkatan :
  • Pertama : zuhudnya orang awam. Yaitu meninggalkan ha-hal yang diharamkan oleh Allah.
  • Kedua : zuhud khusus. Yaitu : tidak berlebihan dalam menikmati sesuatu yang dihalalkan oleh Allah SWT, seperti terlalu asyik menikmati berbagai makanan, belama-lama dalam istirahat dan tidur. Semua itu mereka tinggalkan untuk melakukan hal lain yang berpahala.
  • Ketiga : zuhudnya orang arif, yaitu: meninggalkan apa saja yang melalaikan hatinya dari Allah SWT. Orang seperti itu hatinya selalu terpaut kepada Allah, kebahagiannya bermunajat kepada-Nya atau tubuhnya berletih-letih di jalan-Nya.
Dunia tidak lagi dipandangnya kecuali sekedar yang membantunya untuk berjuang meraih prestasi di akhirat.
Nah, yang patut kita renungkan sekarang adalah, dimanakah posisi kita saat ini ??
Sudahkah kita berlaku zuhud walau pada tingkatan yang paling awal, ataukah dunia telah menjadi tujuan terbesar dalam kehidupan kita ?
Marilah kita menengok diri, kalau bukan kita yang merubah sikap diri kita trus mau siapa lagi ??. Wallahu ’alam bis showab.


by. kang Read_one

Saudaranya m'bah GOOGLE

Berawal saat ane ngaji Nahwu dulu, ternyata Inna sama Kana punya saudara ada yang saudaranya bernama Laisa, Laita, ....dan siapa lagi ya...lupa eung...??!!tension
Terbersit di benakku sebuah pertanyaan nyeleneh,.. "Kalo si m'bah punya sodara g' ya..???"
afwan, yang ane maksud adalah si m'bah GOOGLE salah satu mesin search engine terbesar dan menempati urutan pertama sebagai raksasa dalam dunia search engine. Maka tentu saja tak asing lagi keberadaan google di tengah tengah kehidupan dunia maya kita. apalagi bagi antum para blogger, netter, gamer atau juga para nongkronger.... tukang nongkrong depan monitor getho....
ternyata sodara2 nya si m'bah itu kalo kita absen seperti dibawah ini:.....

USA (.com) www.google.com
Afghanistan (.com.af) www.google.com.af American Samoa (.as) www.google.As Anguilla (.off.ai) www.google.off.ai Antigua and Barbuda (.com.ag) www.google.com.ag Argentina (.com.ar) www.google.com.ar Armenia (.am) www.google.am Australia (.com.au) www.google.com.au Austria (.at) www.google.at Azerbaijan (.az) www.google.az Bahrain (.com.bh) www.google.com.bh Bangladesh (.com.bd) www.google.com.bd Belgium (.be) www.google.be Belize (.com.bz) www.google.com.bz Bolivia (.com.bo) www.google.com.bo Bosnia and Herzegovina (.ba) www.google.ba Botswana (.co.bw) www.google.co.bw Brazil (.com.br) www.google.com.br British Virgin Islands (.vg) www.google.vg Bulgaria (.bg) www.google.bg Burundi (.bi) www.google.bi Canada (.ca) www.google.ca Chile (.cl) www.google.cl China (.cn) www.google.cn Colombia (.com.co) www.google.com.co Congo, Democratic Republic of the (.cd) www.google.cd Congo, Republic of the (.cg) www.google.cg Cook Islands (.co.ck) www.google.co.ck Costa Rica (.co.cr) www.google.co.cr Croatia (.hr) www.google.hr Cuba (.com.cu) www.google.com.cu Czech Republic (.cz) www.google.cz Cote dCase Ivoire (.ci) www.google.ci Denmark (.dk) www.google.dk Djibouti (.dj) www.google.dj Dominica (.dm) www.google.dm Dominican Republic (.com.do) www.google.com.do Ecuador (.com.ec) www.google.com.ec Egypt (.com.eg) www.google.com.eg El Salvador (.com.sv) www.google.com.sv Estonia (.ee) www.google.ee Ethiopia (.com.et) www.google.com.et Fiji (.com.fj) www.google.com.fj Finland (.fi) www.google.fi France (.fr) www.google.fr Gambia (.gm) www.google.gm Germany (.de) www.google.de Gibraltar (.com.gi) www.google.com.gi Greece (.com.gr) www.google.com.gr Greenland (.gl) www.google.gl Guatemala (.com.gt) www.google.com.gt Guernsey (.gg) www.google.gg Haiti (.ht) www.google.ht Honduras (.hn) www.google.hn Hong Kong (.com.hk) www.google.com.hk Hungary (.hu) www.google.hu Iceland (.is) www.google.is India (.co.in) www.google.co.in Indonesia (.co.id) www.google.co.id Ireland (.ie) www.google.ie Isle of Man (.co.im) www.google.co.im Israel (.co.il) www.google.co.il Italy (.it) www.google.it Jamaica (.com.im) www.google.com.im Japan (.co.jp) www.google.co.jp Jersey (.co.je) www.google.co.je Jordan (.jo) www.google.jo Kazakhstan (.kz) www.google.kz Kenya (.co.ke) www.google.co.ke Kyrgyzstan (.kg) www.google.kg Latvia (.lv) www.google.lv Lesotho (.co.ls) www.google.co.ls Libya (.com.ly) www.google.co.ly Liechtenstein (.li) www.google.li Lithuania (.lt) www.google.lt Luxembourg (.lu) www.google.lu Malawi (.mw) www.google.mw Malaysia (.com.my) www.google.com.my Malta (.com.mt) www.google.com.mt Mauritius (.mu) www.google.mu Mexico (.com.mx) www.google.com.mx Micronesia (.fm) www.google.fm Mongolia (.mn) www.google.mn Montserrat (.ms) www.google.ms Morocco (.co.ma) www.google.co.ma Namibia (.com.na) www.google.com.na Nepal (.com.np) www.google.com.np Netherlands (.nl) www.google.nl New Zealand (.co.nz) www.google.co.nz Nicaragua (.com.ni) www.google.com.ni Norfolk Island (.com.nf) www.google.com.nf Norway (.no) www.google.no Oman (.com.om) www.google.com.om Pakistan (.com.pk) www.google.com.pk Panama (.com.pa) www.google.com.pa Paraguay (.com.py) www.google.com.py Peru (.com.pe) www.google.com.pe Philippines (.com.ph) www.google.com.ph Pitcairn (.pn) www.google.com.pn Poland (.pl) www.google.pl Portugal (.pt) www.google.pt Puerto Rico (.com.pr) www.google.com.pr Qatar (.com.qa) www.google.com.qa Romania (.ro) www.google.ro Russia (.ru) www.google.ru Rwanda (.rw) www.google.rw Saint Helena (.sh) www.google.sh San Marino (.sm) www.google.sm Saudi Arabia (.com.sa) www.google.com.sa Senegal (.sn) www.google.sn Seychelles (.sc) www.google.sc Singapore (.com.sg) www.google.com.sg Slovakia (.sk) www.google.sk Slovenia (.si) www.google.si South Africa (.co.za) www.google.co.za South Korea (.co.kr) www.google.co.kr Spain (.es) www.google.es Sri Lanka (.lk) www.google.lk St.Vincent and the Grenadines (.com.vc) www.google.com.vc Sweden (.se) www.google.se Switzerland (.ch) www.google.ch Taiwan (.com.tw) www.google.com.tw Tajikistan (.com.tj) www.google.com.tj Thailand (.co.th) www.google.co.th The Bahamas (.bs) www.google.bs Tonga (.to) www.google.to Trinidad and Tobago (.tt) www.google.tt Turkey (.com.tr) www.google.com.tr Turkmenistan (.tm) www.google.tm U.S. Virgin Islands (.co.vi) www.google.co.vi Uganda (.co.ug) www.google.co.ug Ukraine (.com.ua) www.google.com.ua United Arab Emirates (.ae) www.google.ae United Kingdom (.co.uk) www.google.co.uk Uruguay (.com.uy) www.google.com.uy Uzbekistan (.co.uz) www.google.co.uz Venezuela (.co.ve) www.google.co.ve Vietnam (.com.vn) www.google.com.vn Zambia (.co.zm) www.google.co.zm

M'bah salam ya..sama sodaranya yang laen...ha..ha...ha...gelakguling
I..Love you Full..sengihnampakgigi


by. kang Read_one
callme081947198282

Kajian Bahasa Arab Mudah dan Menyenangkan





Hari gini g' bisa bahasa Arab ?

Kemana aja
men.....????

Itulah mungkin ungkapan di jaman globalisasi sekarang ini. dimana setiap bahasa sepertinya kudu kita pelajari

:woooh:termasuk Bahasa Arab tapi orang-orang diluar sana banyak yang bilang kalau bahasa yang satu ini susah untuk dipelajari, bahkan terkadang ada saja bahasa bahasa miring seperti ungkapan:"wah dasar bahasa peninggalan fir'aun jadi susah dech dipelajarinya"
:nocomment: atau mungkin banyak lagi ungkapan ungkapan lain yang senada dengan itu, akhirnya karena hal-hal yang demikian itu mungkin program kami bisa jadi solusinya,
:puppyeyes:....!!!! ya...ya... inilah program unggulan kami:

"BELAJAR MUDAH BAHASA ARAB"

Program tersebut dibuat se mudah dan se fleksibel mungkin bagi ikhwan ..akhwat yang mau belajar, waktunya pun terserah mau kapan belajarnya, bahkan mau dimana pun belajarnya itu pun terserah bagi yang mau belajar....
Ho..hoo...ho... rada keder ya bahasa nya..????
:hi: yang artinya murid yang mau datangi gurunya,... atau gurunya yang datangi muridnya....
akan tetapi kalau ada yang mau gabung dengan yang sudah berjalan

:ngacir: antum boleh hadir ke ponpest Nurul Fitri setiap ba'da dhuhur setiap harinya...
eith..tunggu dulu..!!sembah
Jangan berfikir PASTI LAMA belajarnya....
Tentu Tidak... belajarnya hanya berdurasi 1,5 jam saja dalam satu kali pertemuan, insyaALLAH dalam waktu 3 bulan saja antum sudah bisa berbahasa arab (yang dasar...pastinya...he..he...)

untuk keterangan lebih lanjut hubungi kantor Ponpest Nurul Fitri.

oh, ya..sampai lupa:ha?:
Program ini dibawah bimbingan :
kang Read_One (D.Ridwan, S.PdI)
(mas admin blog ini & jg staf pengajar ponpest NF)

Pengajian Rutin Ibu-ibu



Diberitahukan bahwa pengajian umum rutin khusus bagi para ummahat (ibu-ibu) dilaksanakan pada :
Hari : Setiap hari Ahad
Waktu : Pkl. 15.30 wib s/d selesai
Tempat: Aula/ruang serba guna Pondok Pesantren Nurul Fitri
Dengan pengisi materi :Kiai Abdul Rojak(guru senior di PP Nurul Fitri)

Rabu, 10 Februari 2010

Cara Mengunci Folder Tanpa Software


Alhamdulillah kita bertemu lagi,...kali ini akang mau nampilkan cara mengunci folder dengan tangan kosong, eh..tanpa software.
Jadi ternyata untuk mengunci folder itu tidak ada caranya biar kita tidak repot repot download atau mencari software yang lain..
Yo..kita mulai sorogannya sekarang juga,- (Bismillah.hirrohmaanirr..rohiiimm):

1.Silahkan antum copy code berikut kedalam notepad

@ECHO OFF
title Folder Locker
if EXIST "Control Panel.{21EC2020-3AEA-1069-A2DD-08002B30309D}" goto UNLOCK
if NOT EXIST Locker goto MDLOCKER
:CONFIRM
echo yakin folder mau di kunci(Y/N)
set/p "cho=>"
if %cho%==Y goto LOCK
if %cho%==y goto LOCK
if %cho%==n goto END
if %cho%==N goto END
echo Invalid choice.
goto CONFIRM
:LOCK
ren Locker "Control Panel.{21EC2020-3AEA-1069-A2DD-08002B30309D}"
attrib +h +s "Control Panel.{21EC2020-3AEA-1069-A2DD-08002B30309D}"
echo Folder locked
goto End
:UNLOCK
echo masukan password untuk buka Folder
set/p "pass=>"
if NOT %pass%==blackevil goto FAIL
attrib -h -s "Control Panel.{21EC2020-3AEA-1069-A2DD-08002B30309D}"
ren "Control Panel.{21EC2020-3AEA-1069-A2DD-08002B30309D}" Locker
echo Folder Unlocked successfully
goto End
:FAIL
echo Invalid password
goto end
:MDLOCKER
md Locker
echo Locker created successfully
goto End
:End

2. Setelah copy ke notepad,silahkan save dengan nama kunci.bat

3. Klik 2 kali kunci.bat tsb maka akan pertanyaan "masukan password untuk buka folder" isikan passwornya lalu akan muncul folder locker, masukkan file atau folder pribadi anda kedalam folder Locker tersebut

4. Setelah itu ,klik 2 kali kunci.bat

5.maka akan muncul pertanyaan,"yakin folder akan dikunci" tekan Y dan ENTER, maka folder locker sudah menghilang

6.untuk membukanya lagi,antum cukup klik 2x kunci.bat

notes:antum bisa mengubah pasword dengan yang antum inginkan.caranya ganti kode diatas pada baris if NOT %pass%==blackevil goto FAIL

pada kata blackevil bisa antum ganti dengan pasword yang antum sendiri


Semoga bermanfaat buat antum smua yang sedang memerlukan

Jgn lupa commentnya
ada 2 cara...

by.kang ridwan
say: "hatur nuhun" kanggo kang rohman:http://kolom-tutorial.blogspot.com/


Apakah Matahari Mengelilingi Bumi?

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin

Jawaban: Dalil-dalil syariat secara lahir mengatakan bahwa matahari mengelilingi bumi, sehingga perputarannya itu menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di muka bumi. Kita tidak bisa membantah makna lahir dari dalil-dalil tersebut kecuali dengan dalil yang lebih kuat, yang memungkinkan kita, menakwilkannya dengan takwil yang lebih kuat dari makna lahirnya. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari mengelilingi bumi sehingga menghasilkan pergantian malam dan siang itu adalah sebagai berikut:

1. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang hujjah Ibrahim kepada orang yang menyanggah Tuhannya, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."(Al-Baqorah:258)

2. Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman tentang Ibrahim, " Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan."(Al-An'am :78)

Yang tenggelam adalah matahari bukan bumi, seandainya yang beredar adalah bumi tentu dikatakan bahwa ketika bumi tenggelam.

3. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, " Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya."(Al-Kahfi:17)

Menurut ayat ini yang condong dan bergeser adalah matahari, ini berarti bahwa mataharilah yang bergerak. Jika yang bergerak itu bumi tentu dikatakan, goa mereka bergeser darinya. Begitu juga terbit dan tenggelam disandarkan kepada matahari, ini menunjukkan bahwa seakan-akan mataharilah yang berkeliling, walaupun dalalahnya lebih rendah daripada dalalah firman Allah "condong" dan "bergeser".

4. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."(Al-Anbiya:33)

5. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam."(Al-A'raf:54)

Dinyatakan bahwa malam meminta kepada siang dan peminta berarti yang datang berikutnya, padahal diketahui bersama bahwa malam dan siang, keduanya mengikuti matahari.

6. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."(az-Zumar:5)

Firman Allah,"Dia menutupkan malam atas siang" atau mengelilinginya seperti surban yang mengelilingi kepala. Ini menunjukkan bahwa malam dan siang itu mengelilingi bumi secara bergantian. Seandainya yang berkeliling itu bumi, tentu dikatakan,"menjadikan bumi mengelilingi malam dan siang." Dalam firman Allah"masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan" menjelaskan pernyataan sebelumnya bahwa matahari dan bumi berjalan pada porosnya masing-masing, karena berjalanya sesuatu yang begerak dengan gerakannya lebih jelas daripada sesuatu yang berjalan di tempat tanpa gerak.

7. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya."(Asy-syams:1-2)

Kata talaha (mengiringinya) berarti datang sesudahnya. Ini menunjukkan bahwa matahari dan bulan berjalan mengelilingi bumi. Seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya, tidak mungkin bulan mengiringi matahari saja, tetapi kadang bulan akan mengelilingi matahari dan kadang mengelilingi bumi, karena matahari lebih tingi darinya. Berdalil dengan ayat ini memerlukan perenungan.

8. Lalu firman Allah, "Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua.Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya."(Yasiin:38-40)

Penyandaran kata "berjalan" kepada matahari dan perjalanannya telah ditetapkan waktunya oleh Allah ini menunjukkan bahwa matahari benar-benar berjalan dengan ketentuan yang canggih sehingga perjalanan itu menyebabkan adanya pergantian malam, siang dan musim. Menetapkan bagi bulan manzilah-manzilah menunjukkan atas perpindahannya. Seandainya yang berputar itu bumi, tentu manzilah-manzilah itu ditetapkan untuknya, bukan bulan. Ketidakmungkinan matahari mendapatkan bulan dan pergantian malam dan siang menunjukkan adanya gerakan yang terdorong dari matahari, bulan, malam dan siang.

9. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu berkata,'Suatu hari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,'Tahukah kamu ke mana matahari ini pergi?'Para sahabat menjawab,'Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui'. Lantas Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,'Perjalanan matahari ini berakhir di suatu tempat yang telah ditetapkan di bawah 'Arsy, lalu merebahkan diri untuk bersujud. Ia tetap berada dalam keadaan tersebut, sehinggalah diperintahkan kepadanya,'Bangunlah dan kembalilah ke tempat mana kamu datang.'Kemudian matahari kembali sehingga dia terbit dan berputar sebagaimana biasa. Matahari terus beredar lagi sehingga sampai di suatu tempat yang di tetapkan di bawah Arsy lalu merebahkan lagi dirinya untuk bersujud. Ia juga tetap berada dalam keadaan demikian hingga diperintahkan kepadanya,'Bangunlah dan kembalilah ke tempat mana kamu datang.'Matahari kembali lagi sehinggalah ia terbit dan berkeliling sebagaimana biasa tanpa diketahui oleh manusia dan berakhir pada tempat yang telah ditetapkan di bawah Arsy, lalu bersujud dan tetap dalam keadaan demikian, sehingga akhirnya diperintahkan kepadanya,'Bangunlah dan terbitlah di sebelah barat'. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam terus bersabda,'Tahukah kamu kapankah itu akan terjadi? Itu akan terjadi ketika tidak berfaidah lagi iman seseorang yang tidak beriman sebelumnya atau tidak berusaha mengerjakan kebaikan terhadap imannya'."(Diriwayatkan Muttafaq Alaihi)

Sabda Rasulullah, "kembalilah ke tempat mana kamu datang, kemudian matahari kembali sehingga dia terbit" menunjukkan secara jelas bahwa matahari mengelilingi bumi yang meyebabkan matahari terbit dan tenggelam.

10. Masih banyak lagi hadits-hadits lain yang menunjukkan adanya penyandaran terbit dan tenggelam kepada matahari, sehingga mataharilah yang mengelilingi bumi, bukan bumi yang mengelilinginya.

Mungkin masih ada dalil-dalil lain yang belum saya ketahui, tetapi apa yang saya sebutkan itu, sudah cukup untuk membukakan pintunya dan sudah cukup untuk memenuhi apa yang saya maksudkan.
Sumber: Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm. 39 – 44.

Mengenal Pesantren Nurul Fitri

PENDAHULUAN

Pondok Pesantren (PP) Nurul fitri adalah sebuah Pesantren yang berada dibawah naungan Yayasan Sosial dan Pendidikan Nurul Fitri dengan akta notaris tahun 2000. Lembaga ini pada awalnya hanya mengelola Taman Kanak-kanak Al-qur’an (TKA) yang pada yang pada proses selanjutnya menjadi Raudlatul Athfal (RA) dan Majli Ta’lim ibu – ibu dari lingkungan di sekitar yayasan, dengan menempati lahan seluas 1925 m² dan bangunan 500 m² milik bapak. H. Iking Rukmantara, BE , yang selanjutnya pada tahun 2007 sebelum beliau wafat dengan disetujui oleh para ahliwarisnya lahan dan bangunan seluas 1700 m² di wakafkan kepada yayasan Nurul Fitri.

Berangkat dari visi dan misinya yaitu :

Visi : Menjadikan Islam sebagai fundamen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara lewat sarana pendidikan yang ditanamkan sedini mungkin dengan sistem pengajaran yang professional,tepat guna dan beroreintasi kepada masa depan.

Misi : Menjadikan Pesantren Nurul Fitri sebagai sarana pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan dengan memiliki :

1. Prinsip hidup dan kepribadian yang mantap, dengan dilandasi keyakinan yang kokoh kepada All0h SWT.

2. Wawasan ilmu pengetahuan luas, memiliki ketajaman berfikir, cerdas, tangguh, dinamis, progressive, innovative, professional dan berjiwa besar.

3. Keterampilan yang dapat diandalkan untuk hidup di masyarakat pandai membaca situasi dan kondisi, tegas, cepat dan tepat dalam mengambil keputusan, mandiri dan mampu menjadikan dirinya sebagai agen perubahan (agent of change), berakhlakul karimah dan uswah hasanah bagi ummat.

Maka untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut, atas prakarsa ketua yayasan bapak Ir. Nanang Suharna juga dengan persetujuan pemilik lahan dan bangunan yaitu Bapak H. Iking Rukmantara, BE pada tahun 2005 didirikan Pondok Pesantren Nurul Fitri dan untuk mengelola kegiatan PP tersebut dibentuklah dewan asatid dengan menunjuk salah seorang dari penasehat yayasan yaitu K.H. E. Muhtadin untuk memimpinnya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya pada tahun 2007 Ponpest Nurul Fitri dipimpin langsung oleh ketua Yayasan, yaitu: Ir. Nanang Suharna

ORGANISASI KELEMBAGAAN

Pondok Pesantren Nurul Fitri diselenggarakan oleh Yayasan Nurul Fitri. Struktur kepengurusan yayasan ini terdiri atas Dewan pembina Dewan penasehat, pengurus harian dan sejumlah seksi – seksi. Disamping mengelola Pondok Pesatren, Yayasan ini pun mengelola Raudlathul athfal, Madrasan Diniyah Awaliyah (MDA), Wustho, MA (dalam proses), program paket penyetaraan A, B, C dan lembaga-lembaga pelatihan / kursus-kursus serta perguruan tinggi.

KEGIATAN PENDIDIKAN

Pondok Pesantren Nurul Fitri adalah pondok tradisional yang berwawasan progressive. Dengan tetap mempertahankan metoda tradisional sorogan dan bandongan sebagai metoda utama pembelajaran namun tidak menafikan metoda-metoda pembelajaran modern. Keduanya dipadukan secara harmonis dan dinamis, sehingga diperoleh hasil yang maksimal dari kedua metoda pembelajaran tersebut.

Ilmu-ilmu diniyah merupakan pelajaran utama Pondok pesantren, sementara untuk pengayaan diambil dari pembelajaran bahasa asing (Arab & Inggris) dan ilmu-ilmu sosial modern (social science) serta ilmu-ilmu keterampilan. Maka metoda sorogan, bandungan, perkuliahan, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan effective dipraktekan di PP Nurul Fitri.

Untukmewujudkan visi dan misinya, maka kegiatan pendidikan yang ada di Nurul Fitri pada saat ini meliputi antara lain :

1) Pondok Pesantren Nurul Fitri

1.1) Program Pendidikan Umum

Bagi santri mukim (tinggal di pondok), setiap harinya yaitu dari pukul 07.30 s.d. 11.45, mereka diberikan materi pelajaran umum, seperti: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab. Matematika, Fisika, Biologi, Ekonomi, Geografi, dan SKI.

1.2) Program Kepesantrenan

Sebagai pondok pesantren yang bercorak kombinasi antara salaf dan kholaf, Nurul Fitri tetap mempertahankan ciri khas pendidikan pesantren salaf. Ciri khas itu antara lain pengajian ktab-kitab kuning yang dilaksanakan sore hari dan pagi hari dengan materi : Fiqih, Ushul fiqih, tauhid, nahwu, sharaf, balaghah, akhlak/tasawuf, tafsir Qur’an, hadis, mustholah hadis, ilmu tafsir, qowidul fiqih, tajwid dan sejarah islam.

1.3) Program Wajar Dikdas 9 tahun

Sungguh sangat memprihatinkan, di zaman yang serba canggih ini masih ada di tengah-tengah kita yang belum bisa menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Oleh karena itu, kami merasa terpanggil untuk memfasilitasi mereka. Mereka datang seminggu sekali yaitu hari minggu, karena kesehariannya mereka harus bekerja ada yang dibengkel, ada yang menjadi pemungut sampah, dan ada juga mengurus terna

1.4) Kegiatan Ektrakurikuler

a. Karate

Seminggu dua kali, para santri ikhwan dari santri yang mukim diberikan bimbingan olah raga karate.

b. Nasyid

Seminggu sekali, para santri yang mukim diberikan bimbingan dalam bernasyid (menggunakan alat musik Kompang)

c. Hifzhul Qur’an

Setiap ba’da shalat, santri yang mukim secara bergiliran diharuskan untuk menambah hafalan baru dan menjaganya.

d. Tilawatul Qur’an

Seminggu sekali, santri yang mukim diberikan bimbingan tilawatul Qur’an (materi lagu-lagu dalam membaca al-Qur’an)

e. Pelatihan Bahasa

Setiap harinya, santri yang mukim dituntut untuk selalu berbicara dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

f. Keterampilan Menjahit

Seminggu sekali, santri yang mukim dari akhwat diberikan pelatihan menjahit.

g. Keterampilan Pengelasan dan bangunan/pertukangan

h. Keterampilan komputer dan sablon (percetakan)

2) Madrasah Diniyah Awwaliyah Nurul Fitri

- MDA Nurul Fitri baru tahun ini (2007) dibentuk, karena 2 tahun sebelumnya merupakan TPA yang merupakan kelanjutan dari TKA.

3). Raudhatul Athfal /Taman Kanak-kanak Nurul Fitri

a. Santri diajarkan berbagai bentuk keterampilan M3 (Melipat, Menggunting, Menempel) dll.

b. Santri juga mendapatkan BMC (Bernyanyi ,Menari,Bercerita).

c. Hapalan Do’a-do’a.

d. Belajar Iqro dan latin diberikan secara privat dan klasikal.

e. Belajar berhitung dan bahasa Inggris sederhana

4). Majlis ta’lim

Sebagai tanggung jawab dalam da’wah kepada masyarakat dan untuk sarana silaturahmi pesantren dengan masyarakat.

SARANA DAN PRASARANA

Unutk menunjang kelancaran proses belajar mengajar PP Nurul Fitri memiliki sarana dan prasarana berdiri di atas lahan seluas 1.925 M2 . Adapun lahan yang sudah digunakan seluas 500 M2. digunakan sebagai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

1. Gedung Utama, yang difungsikan sebagai :

a. Ruang Administrasi

b. Ruang Serbaguna merangkap Mushola

c. Kelas

d. Asrama santri putra dan putri

2. Warung Serba Ada (WASERDA) KOPONTREN NURUL FITRI

3. Satu ruang asatidz.

PROGRAM PENGEMBANGAN

Program pengembangan di PP Nurul Fitri meliputi pengembagan fisik dan non fisik. Pengembangan fisik disesuaikan dengan dana yang ada, diantaranya berupa penambahan dan perbaikan asrama dan fasilitas pondok. Adapun yang ada dalam agenda rencana pembangunan selanjutnya, antara lain :

1. Ruang Kelas

2. Ruang Laboratorium, antara lain untuk :

a. Lab. Bahasa

b. Lab. Komputer

c. Lab. Keterampilan (Menjahit, dan Percetakan)

3. Bengkel Praktek Kerja :

a. Pertukangan Kayu

b. Pengelasan

c. Otomotive.

4. Perpustakaan.

5. Asrama santri putra dan putri.

6. Landscape dan Arena Latihan Phisik.

Sementara untuk pengembangan non fisik berupa pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia. Program yang telah dan sedang diselenggarakan adalah dengan mengirim para asatid untuk ikut pelatihan-pelatihan yang akan menambah wasan pengetahuannya dan juga memberi kesempatan untuk melanjutkan perkuliahan. Hal ini agar apa yang menjadi Visi dan misi dapat tercapai.